Saya
hanya bisa diam terpaku, melihat sekeliling ruang tidurku. Seprei kasur yang
berantakan, pintu kamar yang tertutup, panas, ceceran pejuh di perut dan dadaku
yang setengah mengering … tidak ada yang salah, tidak ada yang aneh, hanya saja
pak Awan tidak berada di sebelah saya – dalam keadaan terikat! Duh, mimpi.
Sungguh mimpi yang sangat menyenangkan, saya hanya bisa tertawa menertawakan
diri saya ini, malu saja – memimpikan suatu hal yang sangat tidak mungkin –
tapi tak ada yang salah dengan hal itu, toh saya kan boleh berfantasi seperti umumnya fantasi
ngesek dengan orang lain hehehe.
Lelehen pejuh yang setengah
mengering masih menempel di perut dan dadaku, hingga saya tersadar oleh samar
kicauan burung diluar sana.
Buru-buru saya bangkit dan membersihkan lelehan pejuh saya agar tidak bercecer
di lantai. Kebersihan itu perlu!
Brrrr … Mandi dipagi hari memang
sangat menyegarkan – walau di kampung tetap lebih dingin. Sungguh menyenangkan
saat membersihkan diri di sungai kampung saya itu. Sungainya masih bersih,
semua penduduk kampung selalu menjaga lingkungan sekitarnya agar sungai sumber
kehidupan kami tidak tercemar. Heran saya melihat kondisi ibukota ini, tua muda
serta laki atau pun perempuan semudah itu membuang sampah ataupun membiarkan
kondisi sekitarnya kotor begitu saja. Makanya saya senang melihat rumah kebun
pak Awan ini, sungguh serasa di kampung sendiri, semuanya sangat asri dan
membuat saya makin rajin untuk merawatnya. Saya boleh berbangga hati karena
dari mbok Rini hingga tamu serta tetangga yang datang berkunjung sangat
menyukai kerapihan serta keadaan tanaman yang selalu berbunga dan sehat. Kadang
kala, pak Awan juga suka membawa berbagai bunga atau tanaman yang tidak saya
ketahui sama sekali – “nga pa pa, coba aja dahulu, siapa tahu hidup dan
berbunga dengan bagus?” jawab pak Awan ketika saya mengutarakan keraguan saya
mengenai kemampuan hidup tanaman yang dibawanya. Beberapa diantaranya juga
meminta saya mencarikan teman sekampung untuk mereka, karena banyak pembantu
yang dibawa dari yayasan terkadang mengecewakan atau tidak sesuai dengan
harapan mereka.
Berlari kecil dari kamar mandi
pembantu menuju kamar, saya perhatikan gorden dan jendela kamar pak Awan sudah
terbuka lebar, tanda pak Awan sudah bangun. Buru-buru saya masuk kamar dan
bersiap-siap, berkaca dan mencoba memasang senyuman terbaik hehehe – saya yakin
para pembaca juga suka mencoba senyuman dan tatapan mata terbaik di depan
cermin bukan? Hahaha. Setelah menghabiskan sarapan buatan mbok Rini, segera
saya persiapkan mobil dan menunggu pak Awan.
“Pagi To”
“Pagi pak, tidurnya nyenyak pak?”
“Tak tahu To, kemarin tidurnya
berasa … ah sudahlah hahaha”
“Hah? Berasa apa pak?”
“Hahaha, sudahlah …”
Aneh pikir saya, hehehe berasa enak
karena saya mimpiin perkosa dia kali? Atau benaran kejadian kah? Waduh, tidak
mungkin sih, soalnya kata Syaiful – satpam komplek intercon – tidak ada
pemadaman bergilir tadi malam, jadi sudah pasti itu adalah mimpi.
Hari ini, seperti biasa saya
mengantarkan beliau ke kantor. Tak lupa menyapa dan berbincang dengan
kawan-kawan lain yang sedang bekerja, mendengar guyonan kotor mereka atau
bahkan membicarakan kawan-kawan level atas, maksudnya kawan-kawan kantoran yang
penuh dengan intrik atau sikut menyikut hingga masalah kehidupan sehari-hari
mereka. Disana ada beberapa kawan- kawan yang saya kenal cukup dekat, antara
lain Suratman dan Diman yang bertugas sebagai satpam, Joni sebagai OB serta Hendra yang bertugas atas semua pekerjaan yang
dibutuhkan secara mendadak. Dan juga beberapa diantara mereka yang tinggal di
mess karyawan. Melihat kondisi dan keadaan mereka yang terkadang sedang ada
masalah sungguh sangat kasihan, tetapi tak dapat membantu mereka. Masuk jam
kerja, semuanya sudah berkutat pada posisi dan kewajiban masing-masing. Tinggal
saya sendiri yang bermain dengan kesendirian dan khayalan saya, sambil
berkhayal saya jadi teringat kepada mas Arif, anggota ABRI yang dikirim ke
kampung kami dalam program ABRI masuk desa … awal mula saya mengenal sex dengan
lelaki hahaha …
Mas Arif merupakan salah satu dari 6
anggota ABRI yang ditempatkan di kampung kami dalam program ABRI masuk desa.
Mereka ditugaskan untuk membantu penduduk kampung untuk membuat jembatan,
saluran irigasi, rumah tinggal serta kelengkapan MCK dan sanitasinya. Mas Arif
umurnya 24 tahun dengan tinggi 173 cm dan berat proporsional, atletis lah.
Tidak mungkin saya menanyakan Mas Arif dengan pertanyaan yang begitu detail.
Saat itu saya masih pemuda kampung berumur 21 tahun yang tidak begitu mudah
untuk bergaul dengan para pendatang yang masuk ke kampung saya, selain itu saya
cukup sibuk dengan kegiatan mengembalakan sapi dan bercocok tanam. Saat
pengenalan pertama, kami memang sempat beradu pandang yang saya anggap biasa
saja, namanya pendatang masuk kampung yah dipandang, Siapa? Siapa? Yang mana?
Yang itu tampan? Yang ini aja? Hahaha
Masing-masing dari anggota ABRI
tersebut menempati salah satu rumah penduduk, begitupun mas Arif yang
seharusnya menempati rumah pak Sainan yang memiliki seorang anak perempuan yang
bernama Nuri. Nuri sangat menyukai mas Arif, karena saya sering melihatnya
mengantarkan makanan kepada mas Arif dan sering sekali mas Arif digoda oleh
kawan-kawan ABRI nya. Saya pun tidak begitu ambil peduli dengan hal tersebut
karena saya tidak pandai berkumpul dengan penduduk kampung – si ganteng pendiam
– kata penduduk desa hahaha.
Hingga suatu hari, saat saya sedang
beristirahat dari mencari kayu bakar di hutan sisi kampung …
“Assamuala’aikum”
“Wala’aikum salam”
“Sendiri saja?”
“Oh, mas Arif … ya, saya sendiri
saja sedang beristirahat, mas kenapa ada disini? ”
“Hehehe, ya saya kabur …” Kata mas
Arif sambil mendudukkan dirinya disebelah saya, dekat sekali hingga pundak kami
bersentuhan.
“Kabur??”
“Iya, soal nuri itu loh …”
“Oh …”
“Kamu pendiam sekali yah? Apakah ada
salah saya padamu?”
“Tidak, kenapa mas bertanya seperti
itu??”
“Habis kamu tidak pernah mau ngobrol
dengan saya, selalu menghindari saya, hanya senyum saja … kamu pacar Nuri?”
“Hahaha, tentu saja tidak mas, saya
memang tidak banyak bicara dan saya bukan pacar Nuri”
“Baguslah, saya kira kamu cemburu”
Katanya sambil mendorong saya dengan pundaknya yang kekar.
“Hahaha, nga lah mas”
“Nah, gitu dong, ketawa kaya gitu, kan ganteng … diam aja
ganteng, apalagi ketawa begini hahaha” Sambil mencubit kedua pipi saya
“Hahaha …”
“Serius itu, ganteng kok … jadi ga
cemburu kan?”
Mas Arif merangkulkan tangannya di pundak saya. Dia memberikan saya senyuman
yang terbaiknya, sungguh tampan sekali.
“Nga mas, kalau pun jadi dengan Nuri
pun bukan masalah saya – yuk mas, balik sudah mau mahgrib”
“Yuk” Dia berdiri dan memberikan
tangannya, aneh ya? Tidak juga, hanya saya merasa bagaimana gitu… hahaha
Menumpu pada tangannya lah saya
bangkit dan meninggalkan tempat itu. Sepanjang perjalanan kami saling berbicara
dan mengenal satu sama lain. Akhirnya kami jadi dekat satu sama lain, dimana
dia selalu mendekati dan mengajak saya kerja bersama ataupun membantu saya
bercocok tanam bahkan mandi bersama di sungai. Saat mandi itu saya bisa melihat
keindahan tubuhnya yang atletis sembari bercanda kami membersihkan diri kami,
tetapi tidak sampai melihat alat kelamin kami secara langsung. Berharap?
Hahaha. Sejujurnya saya agak risih, karena saya tidak pernah begitu dekat
dengan seseorang dan saya yakin para penduduk kampung pasti akan
membicarakannya. Terlebih lagi Nuri, karena diacuhkan oleh mas Arif, saya
merasa kasihan padanya, mungkin anda tidak tahu, para penduduk kampung sangat
memandang tinggi seseorang dengan posisi kemiliteran atau pemerintahan. Saya
pun mulai menjaga jarak dan menjauhi mas Arif kembali, bisa saya lihat
kesedihan dan berbagai rasa tanda tanyanya dari sorot matanya. Tapi saya tidak
berani memandang matanya ataupun menjelaskan padanya…
Hingga suatu malam, ketika saya pulang
dari bercocok tanam … Kaget saya oleh kedatangan mas Arif di depan teras rumah
saya. Oleh ibu saya ditambahkan lagi rasa kaget saya, bahwa mas Arif akan
tinggal di tempat kami mulai malam ini. Pemindahan mas Arif ke tempat kami oleh
komandan mas Arif untuk menghindari omongan yang tidak baik antara mas Arif
dengan Nuri.
“Nak Arif tidurnya dengan Yanto yah,
maaf tempatnya seadanya …”
“Oh tidak apa-apa bu, saya malah
sangat berterima kasih sudah diizinkan untuk merepotkan ibu”
“Tidaklah nak, malu tempat kita
seadanya …”
“Nga pa pa kok bu”
“To, kamu antarkan Arif mandi dulu
yah … Ibu mau nyusul ayah ke tempat mas Udin”
Ibupun beranjak meninggalkan kami
berdua di teras, antara senang, bingung dan khawatir campur jadi satu. Saya
tidak tahu harus berkata apa, jujur saya mengaguminya, jujur saya suka padanya
… tapi saya tidak yakin antara suka atau cinta! Tiba-tiba dia muncul pula!
“…”
“To, maafin mas …”
“Ga pa pa mas … tidak ada yang salah
kok”
“Mas mengerti kok kenapa kamu
menjauhi mas … tapi mas bukan maksud begini”
“Terima kasih mas mau mengerti, mari
saya antarkan mas untuk mandi” Buru-buru saya mencari alasan untuk menghindari
pandangan matanya yang tajam dan sayu …
“Kamu tidak marah?” Tanyanya penuh
harap
“Tidak kok mas …”
“Betul? Tidak marah?” Ulangnya lagi
“Iya masss …” Senyumnya mengembang
dan dia terlihat makin tampan … SHIT! Hahaha
“Kalau tidak marah, senang dong?!”
Hah?! Bingung saya jawabnya, juga malu sekaligus
“Hayooo… Senang yah?
“…” Saatnya untuk kabur, segera saya
meninggalkannya. Tapi ketahuan saya tersenyum kecil
“Jadi kamu senang yah?” Dia mengejar
saya masuk dan membalikkan saya hingga kami berhadapan
“Udah ah mas” Kata ku sambil
menunduk malu ketahuan
“Hahahaha” Tertawanya lepas dan
langsung menarikku dalam pelukannya, kaget bercampur lucu dan senang juga.
Akhirnya saya mengantarkan dia
mandi, seperti biasa mas Arif tanpa rasa malu menanggalkan semua pakaiannya di
depan saya. Seperti biasanya saya juga selalu mengagumi dan memperhatikan
bentuk tubuhnya yang atletis, saya tidak tahu perasaan apa itu, tetapi saya
sangat menikmatinya. Hingga ketika dia hendak menurunkan celana dalamnya,
segera saya meninggalkannya sendiri. Malam harinya mas Arif lewatkan waktu
untuk berbasa-basi dengan kedua orang tua saya, sedangkan saya sendiri sudah
masuk ke kamar dan merebahkan diri untuk melepaskan semua kepenatan setelah
seharian bercocok tanam di kebun. Sayup-sayup saya dapat mendengarkan semua
pembicaraan mereka hingga saya tertidur sejenak.
Tengah malam kemudian saya merasakan
kehangatan dari sebelah tubuhku … Tersentak saya ketika saya menyadari bahwa
saya sedang memeluk mas Arif, ya saya memeluknya yang sedang tertidur disebelah
saya. Jadi posisi saya sedang memeluknya dari belakang dimana saya bisa melihat
punggungnya yang kekar serta menciumi aroma tubuh dan rambutnya … Sungguh saya
tidak menyangkanya. Saat itu saya hanya menggunakan sarung, tapi sepertinya
sarung saya sudah tidak tahu kemana, yang ada saya dalam keadaan telanjang
bulat dengan kondisi kontol ku yang setengah ngaceng! Malu khawatir ketahuan
mas Arif saya berusaha beringsut bangun, tetapi tanganku dipegang erat oleh mas
Arif sehingga saya tidak bisa bergerak karena takut membangunkannya. Bagaimana
jika dia terbangun dan melihat saya dalam keadaan telanjang dan setengah
ngaceng! Rasa malu ini sebaliknya membuat saya semakin birahi dan kontolku
semakin mengeras!
Belum juga selesai masalah itu, saya
baru menyadari ternyata mas Arif hanya menggunakan sarung juga, dan sarungnya
juga sudah berantakan hingga saya bisa melihat paha dan bongkahan pantatnya
yang semok dan bulat! Wow – semakin kencang jantungku berdetak serasa mau
lompat! Rasa takut, khawatir, birahi merasakan sentuhan hangat kulitnya dengan
kulitku dan rasa ingin tahu untuk melihat kontol mas Arif membuat saya
mendekatinya dan melongok kearah selangkangan mas Arif. Saya menahan nafas
ketika melihat kontol mas Arif yang ngaceng menjulang dan besar! Kontol
berukuran 15 cm dengan diameter 4 cm itu berwarna coklat tua dan berurat
disekelilingnya, terlihat maninya yang membasahi lubang kontolnya yang besar
itu. Terkesima dan tak menyadari bahwa kontol ngacengku telah menempel dan
menekan diantara sela pahanya … Tiba-tiba mas Arif beringsut memundurkan
badannya sambil mengangkangkan pahanya sehingga punggungnya menempel di dadaku
dan kontolku masuk diantara sela kedua pahanya. Saya yakin mas Arif bisa
merasakan degup jantungku yang makin kencang ditambah hangatnya kontol saya
yang sedang diantara pahanya. Saya juga dapat merasakan bongkahan pantatnya
yang berisi diperut bawahku. Saya tidak sebodoh itu! Walau saya hanya orang
kampung, saya yakin mas Arif bangun dan sedang menunggu tindakan ku
selanjutnya. Dia sedang menunggu reaksiku terhadap tindakannya ini dan saya
yakin mas Arif menginginkan diriku! Dia menginginkan sex malam ini, dia menginginkan
kontolku, dia menginginkan saya mencumbuinya.
Belum selesai saya berpikir harus
berbuat apa, mas Arif menurunkan pahanya sehingga kontolku terjepit diantara
kedua pahanya! Sungguh terasa jepitan dan kehangatannya. Hatiku takut tapi
sungguh saya menikmati jepitan paha mas Arif dan saya yakin saya
menginginkannya, juga mas Arif! Saya merasa jepitan paha mas Arif licin dan
sangat nyaman sekali ketika saya ingin menarik kontol saya lepas dari
jepitannya. Akhirnya saya memeluk mas Arif dengan erat dan mendorong masuk
kontol saya kedalam jepitan pahanya … Wow sensasinya ketika memasukkan kontolku
…
“Arghhh … m!” Desahku tertahan takut
ketahuan oleh orangtuaku disebelah.
Semakin terdorong untuk mengentoti
jepitan paha mas Arif, saya pun mulai pelan-pelan memaju mundurkan pantatku
hingga kontolku menghujam jepitan pahanya. Sekali dua kali tiga kali saya mulai
menghujamkan kontolku pelan-pelan kedalam jepitan mas Arif. Nafas ku semakin
memberat dan semakin erat pelukanku, saya yakin seyakinnya mas Arif pasti sadar
apa yang sedang terjadi, karena kontolnya masih tetap ngaceng dan nafasnya juga
semakin memburu. Tak terasa kontol saya mengesek lubang mas Arif yang
perlahan-lahan membuka dan menyesuaikan dengan besarnya kepala kontolku dan
saya pun mencoba memainkan lubangnya dengan kepala kontolku …
Naluriku mengarahkan kontolku untuk
mengentoti lubangnya dan perlahan tapi pasti hujaman kepala kontolku sudah bisa
memasuki lubang mas Arif dan saya semakin tertantang untuk memasukkan kepala
kontolku. Perlahan saya mendorong kepala kontolku dan mas Arif juga mulai
membuka pahanya sehingga lebih mudah bagiku untuk memasukkan kontolku. Sambil
memeluk erat mas Arif dari samping saya memasukkan kontolku … blessss!
“Arghhhh …h!” Guman mas Arif
tertahan
“Oghhh …” Erangku
Sejenak saya diamkan kepala kontolku
dalam lubang mas Arif, bisa saya rasakan denyut, jepitan dan kehangatan lubang
mas Arif. Sambil tetap memeluk dan menciumi tengkuk mas Arif erat saya biarkan
lubang mas Arif menyesuaikan bentuk kepala kontolku. Perlahan saya mulai
mendorong masuk lebih dalam kontolku disela erangan mas Arif, centi demi centi
dari 18 cm panjang kontolku mulai memasuki lobang mas Arif yang ketat dan
hangat. Sungguh nikmat!
“Urghhh …!”
“Mas … enak mas” Gumanku kecil
Perlahan saya menarik kontolku
keluar hingga tersisa kepala kontolku saja dan memasukkannya kembali hingga
habis batang kontolku. Dengan irama teratur saya genjoti lubang mas Arif dengan
kontolku, saya entoti dengan kontolku. Sungguh nikmatnya sangat dalam terasa,
masih sangat sempit dan saya berusaha tetap pelan mengentoti mas Arif.
“Mmm … terus To … oohh”
“Hahhh … ”
Tak bisa menahan nafsuku lagi,
semakin cepat saya mengenjoti lobang mas Arif dengan kontolku. Saya ingin
mengentotinya! Saya menginginkannya! Saya menikmati dan merasakan enaknya!
Sungguh beda saat pertama kali saya ngentoti kembang desa sebelah yang saya
ambil keperawanannya, bahkan Nuri, ya lebih enak dari memek Nuri! Lebih enak
memeluk mas Arif yang kekar dan kokoh badannya serta jepitan lobangnya pada
kontolku. Semakin memburu detak jantung dan rasa birahiku, semakin cepat saya
mengentoti mas Arif dalam kesunyian malam yang gelap. Hanya ada rasa nafsu dan
birahi kami, tiada yang lain. Dan kini saya sudah menindih punggung mas Arif
dan mengentoti dia dari atas, sambil memegang kedua tangannya, saya
memperkosanya dari belakang! Apakah mas Arif masih tidur? Tentu saja tidak!
Saya bisa merasakan bahwa dia menikmatinya dari erangan tertahan dan nafas
beratnya! Saya bisa melihat keringat yang mengalir dipunggungnya yang kekar bercampur
dengan keringatku yang menetes menjadi satu. Semua rasa dan aroma persenggamaan
tubuh kami menjadi satu, saya menyukai pemandangan ini!
“Arghhh … mas Arif …” Desahku
dibelakang telinganya dengan tetap mengenjot lubangnya
“Hhhhh … h”
“Hmmm m m …”
Saya ingin muncrat! Saya mau keluar!
Bagaimana nih?! Sayang kalau dihentikan! Saya keluarkan didalam sajakah?
Semakin kencang pula jepitan lubang mas Arif … Oh, saya ingin keluar mas Arif,
saya ingin muncrat!
“Orghhhh!”
“Argh!
Pekik kami tertahan bersamaan.
Semoga orangtuaku tidak mendengarnya! Muncrat sudah pejuhku memenuhi lubang mas
Arif! Semakin erat juga jepitan lubang mas Arif, kontolku serasa disedot dan
digenggam dengan kencang! Beberapa kali pejuhku muncrat dan mengalir dari
sela-sela lubang mas Arif. Terjatuh lemas, saya menindih mas Arif dengan kontol
yang masih menancap di lubang mas Arif.
“Hah … Hah … Hah …”
“Oh …” Desahku dalam sehabis
mengeluarkan semua pejuhku
“Terima kasih mas …” Desahku di
telinga mas Arif saat melihat mas Arif yang masih memejamkan matanya seakan
tidak terjadi apa-apa. Tak lupa ku beri ciuman di pipi mas Arif untuk
menyakinkan rasa yang kunikmati saat ini, malam yang tidak akan ku lupakan …
Segera saya bangkit dan membersihkan
lelehan pejuhku serta kontolku. Sungguh antara nikmat dan bingung saya hanya
bisa diam, kemudian saya meninggalkan mas Arif yang sedang telanjang untuk
membersihkan kontol saya di belakang. Saat saya kembali, saya melihat mas Arif
sudah merubah posisi tidurnya dengan kontol yang sudah terkulai lemas. Hei,
itukan pejuh? Ternyata ketika saya meninggalkan mas Arif, mas Arif mengocoki
kontolnya sendiri dan membiarkan pejuhnya berceceran di perutnya. Hehehe –
padahal saya mengentotinya cukup lama, 20 menitan! Tahan juga mas Arif ini. Ah,
saya hanya bisa tersenyum dan berbaring disisinya dan terlelap hingga esok
subuh. Bagaimana menghadapi dia besok yah?
——————
Karena
malu, saya berusaha bangun lebih awal dan langsung berangkat ke ladang dan
menghabiskan waktu ku di saung ladang orang tuaku. Sungguh saya tidak tahu
bagaimana harus bagaimana jika kami bertemu nanti. Kejadian ini berbeda dengan
saat saya mengentoti Nuri atau kembang desa sebelah. Dengan Nuri atau kembang
desa sebelah yang bernama Ayu, kami melakukannya suka sama suka tanpa ada
perasaan aneh karena hubungan kami adalah hubungan laki-laki dengan wanita.
Kalau ini? Laki-laki dengan laki-laki! Kontol dengan kontol! Tetapi saya akui,
nikmatnya sungguh lebih nikmat hubungan ini. Saya tidak tahu bagaimana ini bisa
terjadi dan mengapa saya menikmatinya. Perasaan bersalah sih tidak ada, hanya
terasa malu dan salah tingkah bagaimana jika penduduk kampung mengetahuinya.
Seharian saya memikirkan ini semua dan tidak berani pulang ke rumah. Hingga
malam hari menjelang, terpaksa saya pulang dan bertemu dengan mas Arif saat
makan malam. Mas Arif baru saja balik dari tugasnya membantu pembangunan
jembatan sementara untuk irigasi sawah kami. Saya terdiam malu tak berani
menatap mas Arif saat kami bertemu, segera mungkin saya membuang muka dan
menghabiskan makanan ku dan langsung kabur ke tempat kawanku. Saya merasa tidak
enak ketika mas Arif menatap kepergianku, tetapi saya sungguh malu jika harus
menatap matanya atau membahas kejadian semalam.
Ketika saya kembali, semua lampu
sudah dipadamkan pertanda semuanya sudah tidur. Perlahan-lahan saya masuk ke
kamarku dan melihat mas Arif yang sedang tidur, saya tidak yakin apakah mas
Arif benar-benar tertidur atau tidak. Seperti kemarin, mas Arif tidur telanjang
dada dan hanya menggunakan sarung saja dengan gundukkan kontolnya yang besar
itu. Sarungnya sedikit berantakan sehingga saya dapat melihat bulu jembutnya
yang rapi. Kupandang wajahnya yang tampan, macho dan sedikit guratan kebiruan
bekas cukuran kumis dan cambangnya yang rapi, saya menyukai wajah tampannya,
wajahnya bukan seperti bintang sinteron yang tampilannya seakan-akan hanya
tempelan yang tidak memiliki ciri khas ataupun membosankan. Kualihkan
pandanganku menuju dadanya yang kekar atletis kembang kempis mengikuti aliran
nafas yang dihembuskannya, sungguh sangat seksi dan menarik hati. Celakanya
kontolku pun ikut bangun melihat keadaan mas Arif seperti ini! Perlahan saya
melepaskan semua pakaian dan hanya mengenakan sarung sebagai penutup kontolku
yang sudah mengeras. Kurebahkan tubuhku disampingnya sambil berusaha menutup
mataku berusaha terlelap …
Semenit dua menit lima
menit lima
belas menit ku lalui dengan nafsu yang bergejolak dalam hatiku, nafsu ingin
merasakan kenikmatan semalam lagi! Tidak bisa ku tahan! Aku membuka mata dan
melihat kearah mas Arif yang masih pura- pura (?) tertidur lelap dengan kontol
yang sudah mengeras. Ternyata mas Arifpun merasakan hal yang sama, kontolnya
menyembul atau mungkin dia sengaja membuka sarungnya karena dia ingin
menggodaku. Saya yakin dia melihat gundukkan sarung ku yang membentuk tenda
karena kontolku yang mengeras. Aduh, nafsu ini seakan-akan membuat saya buta
akan semuanya hingga saya mendekati mas Arif dan memeluknya, menindihnya dan
mencumbunya! Ternyata mas Arif pun membalas ciumanku, ciuman laki-laki dengan
laki-laki yang pertama kalinya untukku. Bibirnya terasa manis, empuk dengan
sedikit permainan sedotan bibir atau lidahnya membuat saya semakin
menikmatinya. Saya menikmati permainan ciuman dan lidahnya dalam mulutku,
bagaimana mas Arif memperlakukan diriku membuat saya semakin bersemangat untuk
memberikan hal yang sama kepadanya. Sejenak saya melepaskan ciuman dan
sedotannya yang ganas, pandangan kami bertemu dan dapat saya temukan rasa
sayang dan birahinya bercampur menjadi satu yang ingin segera dilepaskannya.
Kulepaskan sarung yang dikenakan oleh mas Arif dan diriku hingga kami dapat
dengan leluasa bergerak dan merasakan kulit kami satu sama lain. Saya bisa
merasakan hangatnya kulit mas Arif serta rasa kontol kami yang saling beradu
dan mengesek, pelukkanku semakin erat ketika mas Arif membuka dan melingkarkan
kakinya di pinggangku hingga kontolku dapat dengan mudahnya ku arahkan ke
lubang mas Arif dan melumasinya dengan maniku yang sudah banjir diujung
kontolku. Puas dengan posisi itu, saya mengangkat mas Arif sehingga kami
berhadapan satu sama lain dimana mas Arif menduduki pahaku dan kami bisa
berpelukan dengan erat serta tetap berciuman dengan ganasnya. Keringat kami pun
seperti berlomba-lomba dengan mani kami untuk mengucur dan melumasi gesekan
kami.
Saya ingin lebih! Dan mas Arif tahu
itu! Perlahan mas Arif menciumi leherku dan menjilatinya hingga pundak dan
dadaku. Berdesir hebat saya ketika mas Arif mengecup pentil dadaku dan
memberikan gigitan kecil.
“Mmmrghhh …” Erangku
Tak memperdulikan eranganku, mas
Arif tetap menghisap dan memainkan pentil dadaku dengan lidahnya dengan ritme
yang tidak beraturan. Kadang menggigit kecil, kadang memainkannya dengan
lidahnya, kadang menyedotnya … Argh! Baru kali ini saya merasakanya, merasakan
sensasi ini! Mas Arif menuntunku sehingga aku sekarang dalam posisi tidur. Kini
mas Arif yang berada diatasku, dengan ganas dia menciumi, menyedot dan
menghisap pentil dadaku bergantian kiri dan kanan membuat aku mengelinjang
keenakan dan menjambak rambutnya. Sembari menciumi pentil dadaku, tangannya
mulai bergerilya menuju kontolku dan saya bisa merasakan kepala kontolnya yang
menempel di lubangku. Dia mengocoki kontolku dengan genggaman yang pas dan
ritme kocokan yang berbeda, dari cepat – pelan – cepat dan pelan. Mas Arif
mulai menciumi perutku yang rata dan menuju paha dan jembutku, perlahan dia
menciumi dan menjilati paha hingga bulu jembutku yang lebat …
“Argh!” Tertahan desahanku
Ketika mas Arif menyedot kontolku
dan dapat kurasakan sedotannya yang kencang dengan rasa hangat dan basah di
kontolku! Kaget karena saya belum pernah merasakan kontolku disedot sebelumnya.
Naik – turun – naik – turun – naik – turun sedotan mas Arif makin kencang dan
membuat saya mengerang tertahan keenakan. Sensasinya sungguh nikmat, saat mas
Arif menjilati kontolku, lubang kontolku bahkan pelirku dan perlahan menuju
lubangku. Heran, kaget bercampur khawatir saat mas Arif menjilati lubangku itu
…
“Masss …” Bisikku dan kurasakan
jilatan hangat di lubangku
“Hah!” Kaget bercampur aneh nikmat
saya terlonjak tetapi ditahan oleh mas Arif
Jilatan mas Arif di lubangku itu
membuat saya mengila dan semakin mengangkangkan pahaku agar mas Arif semakin
mudah menjilati lubangku. Ternyata selain menjilati lubangku, mas Arif juga
menusukkan lidahnya kedalam lubangku, sangat terasa sekali lidahnya menusuk dan
mengelitik area dalam lubangku. Sungguh nikmat sekali! Terlalu menikmatinya
saya sampai bergetar hebat ketika mas Arif menusukkan jarinya kedalam lubangku.
Inikah yang namanya dientoti? Inikah kenikmatan yang dirasakan wanita-wanita
seperti Nuri dan Ayu yang ku entoti? Sekarang saya sadar kenapa dientoti itu
sangat menyenangkan bahkan membuat Nuri dan Ayu ketagihan! Dan kenikmatan itu
menjadi ganda ketika mas Arif memelintir pentil dadaku atau mengocoki kontolku!
“Masss…”
“Hmmm To…”
Belum puas, mas Arif sudah bangkit
dan menindih saya yang sedang mengangkang. Saya bisa merasakan kontol mas Arif
sudah menempel di lubang ku yang basah oleh ludahnya. Mas Arif memandangku
dalam, menekan kuat kedua tanganku diatas kepalaku dan kemudian menciumi saya
dengan penuh kasih sembari membuka pahaku lebih lebar dengan kedua kakinya yang
kokoh sehingga kepala kontolnya semakin menempel dengan lubangku. Saya tahu dia
ingin mengentotiku dan saya terbawa oleh suasana dengan membiarkannya bertindak
lebih jauh. Saya tidak tahu apakah saya menginginkannya atau tidak, tetapi saya
hanya diam dan membiarkannya hingga kepala kontolnya mulai menekan dalam
lubangku… Hmmm… Sedikit susah dan sakit, tetapi saya teralihkan oleh ciuman mas
Arif yang enak…
“Ogh!” Tahanku oleh bekapan bibir
mas Arif ketika kepala kontolnya mulai masuk Tetap menciumi saya, mas Arif
menahan laju kontolnya agar otot lubangku menyesuaikan dengan ukuran mas Arif.
Perlahan tanpa komando mas Arif mendorong dan memasukkan kontolnya lagi centi
demi centi seperti yang ku lakukan padanya kemarin malam. Lubangku terasa penuh
dengan batangnya yang hangat, nikmatnya tak tertahankan! Rasa sakit dan panas
pada permulaannya terasa terbayar ketika semua kontol mas Arif tertelan dan
bertahan dalam lubangku.
“Mas…”
“Too… Sempit to…” Bisiknya pelan
“Enak mas…”
“Iya, mas juga enak – seenak kemarin
dientoti Yanto” Jawabnya dan kami saling berciuman kembali
“Mas entoti ya To, seperti Yanto
entoti mas kemarin…”
“Iya mass… urgh!”
Belum selesai saya menjawab, mas
Arif sudah mengangkat kedua kakiku, memegang dan menciumi betisku, menarik
kontol dan menyisakan kepalanya dalam lubangku. Tarikan dan gesekan kontolnya
dengan lubangku sungguh memberikan sensasi yang berbeda, membuat tubuhku
bergetar nikmat dan semakin nikmat ketika mas Arif mengocoki kontolku. Perlahan
mas Arif memadukan gerakan entotannya dengan kocokan kontolku, jadi saya
menikmati dua sensasi sekaligus, dientoti dan dikocoki. Genjotan dan sodokan
mas Arif semakin liar dan kencang, dalam kesunyian kami berusaha bertahan untuk
tidak mengeluarkan seruan atau desahan apapun agar tidak membangunkan kedua
orangtuaku yang sudah terlelap. Hanya tatapan kami serta cucuran keringat kami
yang membasahi tubuhku kami yang menjadi bukti kenikmatan pergumulan kami, kami
tidak ingin orangtua ku mendengar setiap hentakan mas Arif di pantat saya yang
kencang walau saya ingin merasakan sensasi itu. Saya bisa merasakan hujaman dan
hangatnya kontol mas Arif yang dalam di lubangku. Dan saya yakin mas Arif bisa
merasakan cengkaraman lubang saya karena nafas mas Arif yang mengebu-gebu dan
berat itu. Sambil dientoti saya dapat melihat mas Arif langsung dengan gerakan
genjotannya, juga lelehan keringat di badannya yang berjatuhan membuat badannya
yang kekar semakin terlihat menggairahkan.
“To … Mmn … as mau keluarrr”
“Terus mass … Seperti kemarin masss
…” Saya ingin merasakan muncratan pejuh mas Arif juga seperti kemarin. Saya
ingin merasakan pejuh mas Arif! Kontolku seakan ingin meledak ketika merasakan
semprotan pejuh mas Arif di lubangku, tanpa aba-aba saya memuncratkan pejuhku
hingga memenuhi dadaku. Kami tetap menahan erangan kami hingga semua pejuh kami
keluar tak bersisa dan mas Arif menjatuhkan dirinya dalam pelukanku dengan
kontolnya yang masih menusuk lubangku.
“Terima kasih Mas …”
“Mas juga To …”
“Enak ngentoti kamu To, seenak
dientoti kamu kemarin malam …” Bisiknya
“Hehehe … Enak juga dientoti mas,
pertama kali saya dientoti” Ku kecup mas Arif lagi
“Belum pernah mas merasakan seenak
itu …”
“Jadi mau dientoti Yanto setiap
hari?”
“Iya To …”
“Hahaha…” Saya memeluk mas Arif dan
menciuminya hingga kami terlelap dalam tidur karena kecapaian.
Saya benar-benar menikmati sex ini
dan saya akui berbeda dengan Nuri ataupun Ayu! Tentu saja, memek Ayu sudah
tidak perawan ketika saya entoti! Memek Nuri masih perawan tetapi tidak
menjepit dan mencengkram seperti lubang mas Arif! Saya ingin melakukannya lagi!
Hari-hari saya lalui dengan mas
Arif, setiap hari kami saling mencumbu, mengentoti atau dientoti, hingga
waktunya untuk meninggalkan kampung kami. Saya hanya bisa terdiam ketika mas
Arif pamit dan meninggalkan saya. Saat itu kami hanya berjanji untuk saling
mengunjungi dengan bekal alamat di secarik kertas. Dan lamunan masa lalu saya
buyar ketika saya dipanggil oleh Suratman karena pak Awan hendak pergi. Saya
ingin bertemu lagi dengan mas Arif … Dimanakah dia saat ini … Rindu saya
kepadanya. Rindu ingin mengentotinya lagi.
admin ada fb / twitter atau kontak lain ga ?
ReplyDeleteWuh critanya fantastik
DeleteAndaikan aq yg jdi yanto, aq kan ikut arif kemanapun.
ReplyDeleteCall/sms ya? 085785804003
Astagfirullahal adzim
ReplyDelete